Humanis Belanda, Erasmus Desiderius, lahir di Rotterdam,
tampaknya pada tanggal 28 Oktober, 1466 anak haram dari putri seorang dokter
oleh seorang pria yang kemudian berubah biarawan. Dia disebut Gerrit
Gerritszoon (Belanda Gerard Gerardson) kecuali dirinya sendiri mengadopsi nama
ganda tautalogical oleh yang dikenal. Dia menghadiri sekolah dari "Saudara
Kehidupan Umum" di Deventer. Pada kematian orangtuanya wali nya bersikeras
nya memasuki sebuah biara dan di perguruan Augustinian dari Stein dekat Gouda
ia menghabiskan enam tahun - sudah pasti ini pengalaman pribadi dari cara para
rahib yang membuat musuh tak kenal lelah mereka Erasmus. Akhirnya Uskup Cambrai
membuatnya sekretaris pribadinya. Setelah menerima perintah imam Erasmus pergi
ke Paris, dimana ia belajar di Montaigu College. Ia tinggal di Paris sampai
1498, mendapatkan mata pencaharian dengan mengajar. Di antara murid-muridnya
adalah Tuhan Mountjoy, pada undangan yang mungkin Erasmus melakukan kunjungan
pertamanya ke Inggris pada 1498.
Erasmus mempunyai hubungan yang ganjil dengan tanah
kelahirannya. Beliau senang menyebut dirinya sebagai Desiderius Erasmus asal
Rotterdam namun demikian beliau kerap mengkritik perilaku kasar dan selera yang
buruk dari orang-orang Rotterdam dan warga Belanda.
Beliau lahir mungkin pada tahun 1469 sebagai anak tidak sah
seorang pendeta. Hal ini berarti bahwa masa depan sebagai pendeta merupakan
pilihan yang tak terelakkan baginya. Setelah menyelesaikan pendidikan,
salahsatunya di seminari Persaudaraan Kehidupan Umum, beliau bergabung dengan
biara Agustinus di Steyn dekat Gouda. Erasmus sangat terkesan dengan
perpustakaan di biara tersebut dan menenggelamkan dirinya dengan menekuni
buku-buku antik kesusastraan dunia melalui karya-karya klasik ternama dan
karya-karya para humanis Italia. Kelompok yang terakhir, melalui pendekatan
yang kritis dan penuh pembelajaran, seakan-akan menghadirkan masa lalu terasa
begitu dekatnya.
Humanisme berasal dari latin, humanis; manusia, dan isme
berarti paham atau aliran. Mangun Harjana mengatakan, pengertian humanisme
adalah pandangan yang menekankan martabat manusia dan kemampuannya. Menurut
pandangan ini manusia bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri dan
dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepatuhan sendiri
mampu mengembangkan diri dan memenuhi kepenuhan eksistensinya menjadi
paripurna.
Semula humanisme adalah gerakan dengan tujuan untuk
mempromosikan harkat dan martabat manusia. Sebagai pemikiran etis yang
menjunjung tinggi manusia. Humanisme menekankan harkat, peran, tanggugjawab
menurut manusia. Menurut humanisme manusia mempuyai kedudukan yang istimewa dan
berkemampuan lebih dari mahluk lainya karena mempunyai rohani.
Pandangan humanisme membuat manusia sadar kembali tentang
harkat dan martabat manusia sebagai mahluk rohani. Etika rohani mendasari
manusia untuk bertangungjawab dalam kehidupan di dunia.
Dalam pengunaan F.C.S Schiller dan William James, humanisme
diangkat sebagai pandangan yang bertolak belakang dengan absolutisme filosofis.
Ini tidak kembali kepandangan protagoras. Alasannya pandangan Schiller dan
James dipandang melawan hal-hal absolut metafisis dan bukan yang epestimologis,
yaitu melawan dunia tertutup idealisme absolut. Oleh karena itu, penekanannya
pada alam atau dunia yang terbuka, pluralisme dan kebebasan manusia.
Gerakan ini lahir sebagai bentuk “emansipasi” terhadap
manusia setelah sekian lama rasio atau akalnya dikurung oleh pihak Gereja.
Humanisme memiliki keyakinan bahwa nilai-nilai universal tidak hanya sebatas
dari wahyu dari langit saja tetapi mempercayai bahwa manusia adalah mahkluk
yang diberi kelebihan dari makhluk lain yaitu akal budi. Jadi menurut humanisme
ketika manusia hanya tunduk terhadap segala dogma-dogma agama tanpa memikirkan
secara kritis apakah hal yang masuk di dalam kepalanya tersebut benar ataupun
salah, maka menurut paham humanisme manusia sudah mengingkari kelebihan yang
dimilikinya.
Ada pepatah yang mengatakan “tidak ada gading yang tak
retak” begitupun humanisme. Selain banyak memiliki sisi positif, humanisme juga
memiliki sisi negatif. Menurut Budi Hardiman (2012: 62) humanisme bisa menjadi
suatu paham yang berbahaya ketika humanisme menjadi suatu paham yang ekslusif.
Kata ekslusif bisa dipadankan dengan kata khusus atau tertentu. Humanisme
ekslusif adalah humanisme yang mulai mengkotak-kotakan manusia, mengkategorikan
manusia dalam dikotomi atau pemisahan-pemisahan (Budi Hardiman, 2012: 62).
Mereka berpedoman bahwa, kebebasan manusia itu ada, dan
perlu dipertahankan dan di expresikan.
Di depan sudah dijelaskan bahwa manusia adalah pusat dari Realitas,
sehingga segala sesuatu yang terdapat di dalam realitas harus dikembalikan lagi
pada manusia. Dengan demikian, tidak dibenarkan adanya penilaian atau
interpretasi tentang kejadian atau
Jika humanisme diartikan seperti itu, maka aliran filsafat
seperti marxisme, pragmatisme, dan existensialisme dapat dikategorikan ke dalam
humanisme.
Dalam kajian humanisme manusia dianggap sebagai makhluk yang
istimewa karena memiliki kesadaran lebih, tapi karena anggapan inilah justru
manusia menganggap dirinya lebih hebat dari makhluk lainya. Kelebihan yang
dimiliki manusia berupa akal, justru digunakan untuk menundukan alam
(ekspoloitasi tambang batu akik, emas, penggundulan hutan dengan cara
membakarnya) sampai membunuh sesama manusia. Contoh dari humanisme ekslusif ini
bisa kita lihat dari kepemimpinan Adolf Hittler yang membedakan manusia
berdasarkan dua ras yaitu ras tinggi (ras arya) dan ras “lainya”. Dikotomi ini
berujung terhadap pemusnahan ras “lainya” dengan metode kamar gas yang menimbulkan
banyak korban jiwa yang diterapkan Hittler pada saat itu. Contoh lain dari
humanisme ekslusif adalah sikap fanatisme terhadap salah satu partai, agama dan
lainya.
Humanisme adalah sebuah paham hasil dari pemikiran filsafat dari Erasmus. Hakikat manusia menurut humanisme adalah bahwasanya manusia mempunyai kebebasan penuh dalam memilih dan berkehendak.
Sumber:
Budi Hardiman. F. 2012. Humanisme dan Sesudahnya. Jakarta:
KPG
Tjaya, Thomas Hidya. Humanisme dan Skolatisme. Yogyakarta: Kanisius
Budi Hardiman. F. 2012. Humanisme dan Sesudahnya. Jakarta: KPG.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soefandi/apa-itu-humanisme_5695c979b492734e09c0eeac
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soefandi/apa-itu-humanisme_5695c979b492734e09c0eeac
Budi Hardiman. F. 2012. Humanisme dan Sesudahnya. Jakarta: KPG.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soefandi/apa-itu-humanisme_5695c979b492734e09c0eeac
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/soefandi/apa-itu-humanisme_5695c979b492734e09c0eeac